Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab;
Antara
Cita dan Fakta
Terbukti, berapa
banyak pelecehan seksual, berapa banyak pertengkaran, berapa banyak korupsi,
berapa banyak narkotika dan minuman keras yang disalah gunakan, berapa banyak
pembunuhan dan ribuan tindakan-tindakan amoral lainnya yang dalam setiap
harinya kita lihat dan kita temukan. Pelaku dari semua hal itu adalah anak-anak
bangsa kita, baik pelajar, siswa, mahasiswa, guru, petani, pedagang,
pengangguran dan pejabat Negara sekalipun.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
dijadikan sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara yang kemudian
disetujui untuk menempati urutan kedua dari dasar Negara yang tertuang dalam
Pancasila tentunya memiliki tujuan baik dan keinginan yang sangat kuat untuk
menciptakan kedamain, menebarkan keharmonisan, menampilkan ketentraman dan
menjadikan manusia yang bermartabat dalam berbangsa dan bernegara.
Tujuan dan keinginan dimaksud dapat
kita temukan dan dapatkan dalam pendahuluan Buku Pancasila yang disusun oleh
LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEHIDUPAN BERNEGARA (LPPKB), yang mana buku
itu menyebutkan tentang semangat para founding fathers untuk menghendaki
Pancasila sebagai dasar pengelolaan kehidupan bermasyarakat, ber-bangsa dan
bernegara guna mewujudkan masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. (Buku Pancasila oleh LPPKB)
Hal itu juga senada dengan pernyatan
Mr. Moh. Yamin tentang pancasila yang disampaikan di dalam sidang BPUPKI pada
tanggal 29 Mei 1945 yang mana pancasila menurut beliau adalah prikebangsaan,
prikemanusiaan priketuhanan, prikerakyatan dan kesejahteraan
rakyat.(www.wordpress.com)
Jika kita meneliti dengan seksama
maksud dan tujuan para founding fathers dan kelima poin pernyataan Mr. Moh. Yamin
diatas maka, kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa semua itu adalah buah dan
tujuan dari kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena sesungguhnya manusia jika
sudah beradab maka ia akan tahu dirinya, tahu Tuhannya, tahu menempatkan
sesuatu pada tempatnya, berlaku adil, selalu menampilkan tindakan-tindakan yang
bermoral, tidak akan pernah mengganggu sesasamanya dan tidak akan melakukan
kerusakan dimuka bumi.
Namun dari berbagai tragedi amoral yang
terjadi dalam ke setiap harinya ternyata negeri kita tercinta Indonesia masih
belum dikatakan sebagai Negara yang anak bangsanya telah berkemanusiaan yang
adil dan beradab. Mereka masih jauh dari nilai-nilai luhur pancasila sebagai
dasar dan ideologi berbangsa dan bernegara, sehingga keharmonisan, ketentraman,
dan kedamaian masih saja enggan tampil menghiasi wajah tanah air kita.
Kesimpulan saya didukung dan dikuatkan
oleh pernyataan aktivis INSIST saudari mbak Anita Syaharudin dalam artikelnya
yang berjudul: Pendidikan Karakter: Apa Lagi? Beliau menuturkan bahwa negeri
kita indonesia dengan banyaknya berbagai macam peristiwa yang mempertanyakan
moral atau karakter bangsa Indonesia, seperti Media TV nyaris tiap hari diserbu
tayangan-tayangan kekerasan, terbongkarnya manipulasi pajak seorang
pegawai golongan rendah bernilai puluhan milyar rupiah yang membelalakkan mata
banyak orang, berita pelesiran sejumlah wakil rakyat “yang terhormat” dengan
menghambur-hamburkan uang rakyat, kasus video porno tiga orang artis
terkenal dan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja, penyalahgunaan
narkotika dan data tentang korupsi pejabat misalnya, dari hasil riset yang
dilakukan dalam Transparency International Corruption Perceptions Index 2009,
masih menempatkan Indonesia pada peringkat yang sangat memperihatinkan dan
masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang adil, beradab dan bermoral. (www.insistnet.com)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar