Minggu, 30 Desember 2012

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab; Antara Cita dan Fakta



Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab;
Antara Cita dan Fakta
Terbukti, berapa banyak pelecehan seksual, berapa banyak pertengkaran, berapa banyak korupsi, berapa banyak narkotika dan minuman keras yang disalah gunakan, berapa banyak pembunuhan dan ribuan tindakan-tindakan amoral lainnya yang dalam setiap harinya kita lihat dan kita temukan. Pelaku dari semua hal itu adalah anak-anak bangsa kita, baik pelajar, siswa, mahasiswa, guru, petani, pedagang, pengangguran dan pejabat Negara sekalipun.
Kemanusiaan yang adil dan beradab dijadikan sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara yang kemudian disetujui untuk menempati urutan kedua dari dasar Negara yang tertuang dalam Pancasila tentunya memiliki tujuan baik dan keinginan yang sangat kuat untuk menciptakan kedamain, menebarkan keharmonisan, menampilkan ketentraman dan menjadikan manusia yang bermartabat dalam berbangsa dan bernegara.
Tujuan dan keinginan dimaksud dapat kita temukan dan dapatkan dalam pendahuluan Buku Pancasila yang disusun oleh LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEHIDUPAN BERNEGARA (LPPKB), yang mana buku itu menyebutkan tentang semangat para founding fathers untuk menghendaki Pancasila sebagai dasar pengelolaan kehidupan bermasyarakat, ber-bangsa dan bernegara guna mewujudkan masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. (Buku Pancasila oleh LPPKB)
Hal itu juga senada dengan pernyatan Mr. Moh. Yamin tentang pancasila yang disampaikan di dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 yang mana pancasila menurut beliau adalah prikebangsaan, prikemanusiaan priketuhanan, prikerakyatan dan   kesejahteraan rakyat.(www.wordpress.com)
Jika kita meneliti dengan seksama maksud dan tujuan para founding fathers dan kelima poin pernyataan Mr. Moh. Yamin diatas maka, kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa semua itu adalah buah dan tujuan dari kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena sesungguhnya manusia jika sudah beradab maka ia akan tahu dirinya, tahu Tuhannya, tahu menempatkan sesuatu pada tempatnya, berlaku adil, selalu menampilkan tindakan-tindakan yang bermoral, tidak akan pernah mengganggu sesasamanya dan tidak akan melakukan kerusakan dimuka bumi.
Namun dari berbagai tragedi amoral yang terjadi dalam ke setiap harinya ternyata negeri kita tercinta Indonesia masih belum dikatakan sebagai Negara yang anak bangsanya telah berkemanusiaan yang adil dan beradab. Mereka masih jauh dari nilai-nilai luhur pancasila sebagai dasar dan ideologi berbangsa dan bernegara, sehingga keharmonisan, ketentraman, dan kedamaian masih saja enggan tampil menghiasi wajah tanah air kita.
Kesimpulan saya didukung dan dikuatkan oleh pernyataan aktivis INSIST saudari mbak Anita Syaharudin dalam artikelnya yang berjudul: Pendidikan Karakter: Apa Lagi? Beliau menuturkan bahwa negeri kita indonesia dengan banyaknya berbagai macam peristiwa yang mempertanyakan moral atau karakter bangsa Indonesia, seperti Media TV nyaris tiap hari diserbu tayangan-tayangan kekerasan, terbongkarnya manipulasi pajak  seorang pegawai golongan rendah bernilai puluhan milyar rupiah yang membelalakkan mata banyak orang, berita pelesiran sejumlah wakil rakyat “yang terhormat” dengan menghambur-hamburkan uang rakyat, kasus video porno tiga orang artis  terkenal dan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja, penyalahgunaan narkotika dan data tentang korupsi pejabat misalnya, dari hasil riset yang dilakukan dalam Transparency International Corruption Perceptions Index 2009, masih menempatkan Indonesia pada peringkat yang sangat memperihatinkan dan masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang adil, beradab dan bermoral. (www.insistnet.com)
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar