PENGENDALIAN KUALITAS
2.1. Statistical Process Control (SPC)
Statistical Process Control
(SPC)adalah kumpulan dari tools (seven tools) yang digunakan untuk
pemecahan masalah sehingga tercapai kestabilan proses dan peningkatan
kapabilitas dengan pengurangan variasi(Montgomery, 1991).
2.1.1 Sejarah Statistical
Process Control (SPC)
Terminologi
SPC digunakan sejak tahun 1970-an
untuk menjabarkan penggunaan teknik statistik dalam memantau dan meningkatkan
performa proses produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pada tahun
1950-an sampai tahun 1960-an digunakan terminology
Pengendalian Kualitas Statistikal (statistical
Quality Control) yang memiliki pengertian sama dengan SPC. Pengendalian proses statistical merupakan suatu metodelogi
pengumpulan data dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interpretasi
pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem
industri, untuk meningkatkan kualitas dari otput
guna memenuhi kebutuhan dan harga pelanggan. SPC memiliki tujuan utama antara lain (Montgomery, 1991):
1. Meminimasi
biaya produksi
2. Memperoleh
kekonsistenan terhadap produk dan servis yang memenuhi spesifikasi produksi dan
keinginan konsumen
3. Menciptakan
peluang-peluang untuk semua anggota dari organisasi untuk memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas.
4. Membanu
karyawan managemen dan produksi untuk membuat keputusan yang ekonomis mengenai
tindakan yang akan diambil yang dapat ,mempengaruhi proses.
2.1.2 Definisi dan
Jenis-Jenis Data Dalam SPC
Data
adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Dengan adanya
data, kita dapat mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu situasi dan dari sana
dapat diambil suatu keputusan yang tepat berdasarkan pada data tersebut. dalam
konteks SPC, dikenal dua jenis data
seperti berikut (Gaspersz, 1998):
1.
Data Variabel (Variables Data)
Data variabel adalah jenis data kuantitatif
yang diukur untuk keperluan analisa. Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai
alat ukur untuk menentukan berbagai dimensi seperti panjang, volume, berat,
frekuensi, dan lain-lain.
2. Data
Atribut
Data atribut adalah jenis data
kualitatif yang dapat dihitung untuk dicatat atau untuk analisa. Data atribut
biasanya didapat dalam bentuk unit-unit yang tidak sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan.
2.1.3 Tools Dalam SPC
Dalam
pengendalian proses statistical, metode yang dapat dipakai untuk meningkatkan
kualitas produksi adalah gabungan dari berbagai alat yang digunakan secara
menyeluruh untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pada SPC, alat-alat tersebut biasanya disebut dengan Magnificent Seven karena alat-alat
tersebut berjumlah tujuh alat. Magnificent
Seven tersebut antara lain (Montgomery, 1991):
1. Lembar
Periksa (Checksheet)
Checksheet adalah alat bantu untuk memudahkan
pengumpulan data. Biasanya berbentuk formulir dimana item-item yang akan
diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut, agar data dapat dikumpulkan
secara ringkas dan cepat. Alat ini dapat digunakan untuk data variabel dan
atribut meskipun umumnya banyak digunakan untuk data atribut. Tujuan dibuatnya
lembar periksa adalah sebagai berikut:
a. Memudahkan
proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah
sering terjadi.
b. Mengumpulkan
data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Lembar periksa akan membantu
memilah-milah data ke dalam kategori yang mempunyai kesamaan.
c. Menyusus
data secara otomatis, sehingga data tersebut dapat dipergunakan secara mudah.
d. Memisahkan
antara opini dan fakta, seringkali kita mempunyai opini bahwa suatu penyebab
tidak penting dibandingkan sebab lainnya. Dalam kaitan ini, lembar periksa akan
membantu membuktikan apakah opini itu benar atau salah.
2.
Diagram Pareto
Diagram
Pareto adalah grafik batang yang menunjukan masalah berdasarkan banyaknya
kejadian akibat masalah tersebut. masalha dengan jumlah yang terbanyak
diletakan pada batang pertama paling kiri, dan seterusnya berurutan sampai pada
masalah yang paling sedikit terjadi diletakan paling kanan. Pada dasarnya
diagram pareto digunakan sebagai alat untuk:
a. Menentukan
frekuensi relative dan urutan pentingnya masalah atau penyebab masalah-masalah
yang ada
b. Memfokuskan
perhatian pada isu-isu yang kritis dan penting sehingga dapat dibuat suatu
prioritas dalam penyelesaian masalah.
3.
Diagram sebab akibat
Diagram ini
dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa tahun 1943, diagram ini disebut juga diagram fishbone karena bentuk dari diagram ini
memang menyerupai tulang ikan. Setelah suatu masalah diidentifikasi, harus
dicari sumber penyebab yang potensial. Dalam hal ini diagram sebab akibat dapat
membantu mengidentifikasi penyebab potensial baik yang kelihatan secara
langsung maupun tidak langsung.
4.
Diagram batang (Histogram)
Histogram merupakan diagram berupa grafik
balok yang merupakan gambaran dan proses yang menunjukan distribusi dari
pengukuran dan frekuensi dari setiap pengukuran tersebut. Histogram dapat memperkirakan kemampuan proses dan jika diinginkan
dapat menganalisa hubungan dengan nilai spesifikasi serta nilai target nominal.
5.
Diagram tebar
Diagram
tebar merupakan cara termudah untuk mencari ada tidaknya hubungan antara uda
variabel. selain itu, dengan diagram tebar kita dapat mengetahui jenis hubungan
yang ada apakah positif, negative, atau tidak ada hubungan antara variabel.
6. Diagram
alir
Diagram
alir didefinisikan sebagai suatu metode grafis yang menggambarkan proses yang
telah ada, ataupun usulan proses dengan menggunakan symbol yang sederhana,
garis, dan kata-kata untuk menunjukan aktivitas serta urutan dalam suatu
proses. Diagram alir dapat digunakan untuk:
a. Memberikan
persepsi yang sama kepada semua yang bersangkutan
b. Membantu
semua yang bersangkutan agar memahami proses dengan lebih baik dan jelas
c. Membantu
untuk mengidentifikasikan area kritis atau bermasalah serta perbaikan yang
dapat dilakukan
7. Peta
kendali
Peta
kendali merupakan alat utama dari magnificent
seven. Peta peryama kali dikemukakan oleh Dr. Walter A. Shewart dari bell telephone laboratories pada tahun
1920. Karena itulah, peta kendali sering disebut sebagai peta kendali shewart.
Peta kontrol terbagi menjadi dua yaitu peta kontrol untuk data variabel dan peta kontrol untuk
data atribut.
2.2. Flowchart
Flowchat merupakan
diagram yang menunjukkan aliran atau urutan suatu peristiwa. Berikut penjelasan
lebih jelasnya untuk adalah sebagai berikut.
2.2.1 Definisi Flowchart
Flowchart
didefinisikan sebagai suatu metode grafis yang menggambarkan proses yang telah
ada, ataupun usulan proses dengan menggunakan symbol yang sederhana, garis, dan
kata-kata untuk menunjukan aktivitas serta urutan dalam suatu proses. Diagram
alir dapat digunakan untuk (Montgomery 1991):
1.
Memberikan persepsi yang sama
kepada semua yang bersangkutan.
2.
Membantu semua yang bersangkutan
agar memahami proses dengan lebih baik dan jelas.
3.
Membantu untuk mengidentifikasikan
area kritis atau bermasalah serta perbaikan yang dapat dilakukan.
2.2.2 Pedoman Dalam Membuat
Flowchart
Bila seorang analis dan programmer akan membuat flowchart,
ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti
(Widada.staff.gunadarma.ac.id):
1. Flowchart
digambarkan dari halaman atas ke
bawah dan dari kiri ke kanan.
2. Aktivitas
yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus
dapat dimengerti oleh pembacanya.
3. Kapan
aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
4. Setiap
langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja,
misalkan menghitung pajak penjualan.
5. Setiap
langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
6. Lingkup
dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan
hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang
digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart
yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada
halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak
berkaitan dengan sistem.
7. Gunakan
simbol-simbol flowchart yang standar.
2.2.3
Jenis-Jenis Flowchart
Flowchart memiliki
lima macam jenis flowchart. Berikut
merupakan jenis-jenis dan penjelasan dari masing-masing flowchart (www.unhas.ac.id):
1. Flowchart Sistem
Flowchart Sistem merupakan bagan yang
menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara
keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam
sistem. Dengan kata lain, flowchart
ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi
yang membentuk suatu sistem. Flowchart
Sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan proses yang
mentransformasikan data itu. Data dan proses dalam flowchart sistem dapat digambarkan secara online (dihubungkan
langsung dengan komputer) atau offline (tidak dihubungkan langsung
dengan komputer, misalnya mesin tik, cash register atau kalkulator). Contoh
sederhana untuk flowchart sistem
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar
2.1 Flowchart System
2. Flowchart Paperwork (Flowchart Dokumen)
Flowchart Paperwork menelusuri alur dari data yang ditulis melalui sistem. Flowchart Paperwork sering disebut juga dengan Flowchart Dokumen. Kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian
ke bagian lain baik bagaimana alur form dan laporan diproses, dicatat dan
disimpan. Gambar
2.2 menggambarkan suatu contoh flowchart mengenai alur pembuatan kartu anggota untuk suatu
perpustakaan.
Gambar 2.2 Flowchart Dokumen
Keterangan:
# :
Masukan data calon anggota ke dalam computer
(proses pengisian data).
P :
Tanda tangan dan validasi data.
3. Flowchart Skematik
Flowchart Skematik mirip dengan Flowchart sistem yang menggambarkan suatu
sistem atau prosedur. Flowchart
Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar komputer,
peripheral, form-form atau peralatan lain yang digunakan dalam sistem. Flowchart Skematik digunakan sebagai
alat komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak familiar
dengan simbol-simbol flowchart yang
konvensional. Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart akan menghemat waktu yang
dibutuhkan oleh seseorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat
mengerti flowchart. Gambar-gambar ini
mengurangi kemungkinan salah pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh
ketidak mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-gambar juga
memudahkan pengamat untuk mengerti segala sesuatu yang dimaksudkan oleh analis,
sehingga hasilnya lebih menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian. Berikut
contoh gambar dari flowchart skematik.
Gambar
2.3 Contoh Flowchart Skematik
4.
Flowchart
Program
Flowchart Program dihasilkan dari Flowchart Sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana
setiap langkah program atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap langkah
program atau prosedur dalam urutan yang tepat saat terjadi. Programmer
menggunakan flowchart program untuk
menggambarkan urutan instruksi dari program komputer. Analis Sistem menggunakan
flowchart program untuk menggambarkan
urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur atau operasi. Suatu contoh flowchart program dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.4 Flowchart Program
5.
Flowchart
Proses
Flowchart Proses merupakan teknik
penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah
selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem. Flowchart Proses memiliki lima simbol khusus. Berikut simbol-simbol
flowchart seperti pada gambar dibawah
ini.
Gambar 2.5 Flowchart Proses
2.2.4 Tipe-tipe Flowchart yang Harus Digunakan
Terdapat 4 tipe flowchart
yang mendasar sebagai patokan dalam menyususn suatu bagan alir (flowchart). Empat tipe flowchart tersebut antar lain (Palani,
1995):
1. Block Diagram
Pada umumnya
sistem pengendalian praktis terdiri dari banyak komponen dan tahapan. Maka
untuk menyederhanakan dalam menganalisa dipakailah blok diagram, dimana
tiap-tiap komponen atau tahapan digambarkan oleh sebuah kotak yang mempunyai
input dan output, sedangkan didalamnya dituliskan bentuk komponen atau
tahapannya. Diagram blok adalah suatu pernyataan gambar yang ringkas, dari
gabungan sebab dan akibat antara masukkan dan keluaran dari suatu system.
Gambar
2.6 Block Diagram
Blok/Kotak
adalah, biasanya berisikan uraian dan nama elemennya, atau simbol untuk operasi
yang harus dilakukan pada masukkan untuk menghasilkan keluaran. Tanda anak
panah menyatakan arah informasi aliran isyarat atau unilateral.
2.
The American National
Standards Institute (ANSI)
American National Standards Institute (ANSI) adalah suatu organisasi
nirlaba yang bergerak dalam bidang pengawasan pengembangan consensus sukarela
untuk produk, jasa, proses, sistem, dan personil di Amerika Serikat. Organisasi
ini juga berkoordinasi standar AS dengan standar internasional, sehingga produk
amerika dapat digunakan diseluruh dunia. Terdapat beberapa simbol untuk bagan
alir yang dikeluarkan oleh ANSI. Berikut adalah contoh dari symbol yang
dikeluarkan oleh ANSI.
Gambar
2.7 Bagan Alir ANSI
3.
Cross-Functional
Flowchart
Cross-Functional Flowchart
digunakan untuk menggambarkan hubungan antara area organisasi dalam suatu
proses bisnis. Berikut adalah contoh dari penerapan cross-functional flowchart:
Gambar 2.8 Cross-Functional Flowchart
Tool
ini sangat diperlukan agar jelas gambaran proses dan andil tiap bagian dalam
proses, sehingga setiap departemen menyadari awal dan akhir, bahan dan hasil
dari pekerjaan yang dilakukan. Tool ini digunakan untuk membagi spesialisasi
kerja agar tiap departemen bisa fokus terhadap pekerjaannya dan percaya
terhadap bagian kerja departemen lain.
4. Geographic Flowchart
Geographic flowchart mendokumentasikan
aliran fisik pada suatu proses. Aliran yang terjadi ialah perpindahan bahan
baku dalam suatu proses. Perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan pada geographic flowchart adalah mengurangi
waktu yang terbuang. Flowchart jenis
ini berguna untuk:
a. Mengetahui
perpindahan dokumen antar departemen
b. Mengevaluasi
tata letak area kerja, seperti area penyimpanan, area produksi, dan lain-lain
c. Mengidentifikasi
delay yang terjadi pada proses
Gambar 2.9 Geographic Flowchart
2.3. Lembar Periksa (Checksheet)
Lembar
periksa biasa digunakan untuk mempermudah pengumpulan data. Berikut penjelasan
tentang lembar periksa.
2.3.1
Pengertian Lembar Periksa (Checkheet)
Checksheet adalah alat
bantu untuk memudahkan pengumpulan data. Biasanya berbentuk formulir dimana
item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut, agar data
dapat dikumpulkan secara ringkas dan cepat. Alat ini dapat digunakan untuk data
variabel dan atribut meskipun umumnya banyak digunakan untuk data atribut.
Tujuan dibuatnya lembar periksa adalah sebagai berikut (Montgomery 1991):
1.
Memudahkan proses pengumpulan data
terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah sering terjadi.
2.
Mengumpulkan data tentang jenis
masalah yang sedang terjadi. Lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke
dalam kategori yang mempunyai kesamaan.
3.
Menyusus data secara otomatis,
sehingga data tersebut dapat dipergunakan secara mudah.
4.
Memisahkan antara opini dan fakta,
seringkali kita mempunyai opini bahwa suatu penyebab tidak penting dibandingkan
sebab lainnya. Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu membuktikan
apakah opini itu benar atau salah.
Untuk mempermudah proses
pengumpulan data ini maka perlu dibuat suatu lembar periksa, dimana perlu pula
diperhatikan hal-hal seperti berikut (Wignjosoebroto, 2003):
1. Maksud
pembuatan harus jelas
a. Informasi
apa yang ingin diketahui?
b. Apakah
data yang nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil
tindakan?
2. Stratifikasi
harus sebaik mungkin
a. Mudah
dipahami dan diisi
b. Memberikan
data yang lengkap tentang apa yang ingin diketahui.
3. Dapat
diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera dianalisa. Kalau
perlu disini dicantumkan gambar dari produk yang akan dicheck.
2.3.2 Jenis-Jenis Lembar Periksa
Ada beberapa jenis lembar isisian yang dikenal
dan umum dipergunakan untuk keperluan pengupulan data, yaitu antara lain
(Wignjosoebroto, 2003):
1. Production Process Distribution
Check Sheet
Lembar
isisan jenis ini dipergunakan untuk mengumulkan data yang berasal dari proses
produksi atau proses kerja lainnya. Output
kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukan dalam
lembar kerja, sehingga akhirnya secara langsung akan dapat diperoleh pola
distribusi yang terjadi. Seperti halnya dengan histogram maka bentuk distribusi
data yang berdasarkan frekuensi kejadiannya yang diamati akan menunjukan
karakteristik proses yang terjadi.
Gambar 2.10 Production Process Distribution Check Sheet
2. Defective check sheet
Defective
check sheet untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang
ada dalam suatu proses kerja, maka terlebih dahulu kita harus mampu
mengidentifikasi macam kesalahan-kesalahan dalam hal ini bisa diklasifikasikan
sebagai hasil kerja yang berkualitas yang ada dan prosentasenya. Setiap
kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab yang berada
sehingga tindakan korktif yang tepat harus diambil sesuai dengan macam
kesalahan dan penyebabnya tersebut.
Gambar
2.11 Defective Checksheet
3. Defect location check sheet
Defect
location check sheet adalah sejenis lembar pengecekan
dimana gambar sketsa dari benda kerja akan disertakan sehingga lokasi cacat
yang terjadi bisa segera diidentifiksikan. Check
sheet seperti ini akan mempercepat proses analisis dan pengumpulan
tindakan-tindakan korektif yang diperlukan.
Gambar
2.12 Defect Location Checksheet
4. Defective cause check sheet
Defective
cause check sheet dipergunakan untuk menganalisa
sebab-sebab terjadinya kesalahan dari suatu output kerja. Data yang berkaitan
dengan faktor penyebab maupun faktor akibat (Jenis/macam kesalahan-kesalahan)
akan diatur sedemikian rupa sehingga hubungan sebabb akibat akan menjadi jelas.
Dengan demikian analisa akan cepat bisa dibuat tindakan korektif segera bisa
dilakukan.
Gambar
2.13 Defective Cause Checksheet
5. Check up conformation check sheet
Check
up conformation check sheet penggunaannya sedikit berbeda
dengan yang lainnya pada umumnya lebih menitik beratkan pada karakteristik
kualitas atau cacat-cacat yang terjadi. Sheet
disini akan berupa check list
yang akan dipergunakan untuk melaksanakan semacam general check up pada akhir proses kerja yang intinya untuk lebih
meyakinkan apakah output kerja sudah
selesai dikerjakan dengan baik/lengkap atau belum.
Gambar 2.14 Check Up Confirmation Checksheet
6. Work sampling check sheet
Sampling kerja adalah suatu metode
untuk menganalisa waktu kerja. Dengan berasumsi bahwa idle time dengan alasan
apapun merupakan non quality working time,
maka dengan metode sampling kerja ini kta akan dapat menentukan proporsi
penggunaan waktu kerja sehari-harinya.
Gambar
2.15 Work Sampling Checksheet
2.4. Diagram Pareto
Diagram
pareto merupakan salah satu alat dari statistical
procces control. Penjelasan mengenai diagram pareto adalah sebagai berikut
ini.
2.4.1
Pengertian Diagram Pareto
Diagram pareto adalah grafik yang menunjukkan
masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak
terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan
pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada
sisi paling kanan Pada dasarnya diagram pareto digunakan sebagai alat untuk (Montgomery, 1991):
1.
Menentukan frekuensi relative dan
urutan pentingnya masalah atau penyebab masalah-masalah yang ada
2.
Memfokuskan perhatian pada isu-isu
yang kritis dan penting sehingga dapat dibuat suatu prioritas dalam
penyelesaian masalah.
2.4.2 Fungsi Diagram Pareto
Diagram
pareto ini merupakan suatu gambaran yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri
ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat
membantu menemukan permasalah yang paling penting untuk segera diselesaikan
(ranking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan
(ranking terendah) diagram pareto juga dapat mengidentifikasikan masalah yang
paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas. Diagram pareto adalah kombinasi dua macam
bentuk grafik yaitu grafik kolom dan grafik garis, berguna untuk (Besterfield, 2009):
1. Menunjukkan
pokok masalah.
2. Menyatakan
perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan.
3. Menunjukkan
perbandingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan.
Gambar 2.12 Diagram
Pareto
2.4.3
Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Pareto
Pembuatan diagram pareto terdapat delapan
langkah. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan diagram pareto dapat
dijelaskan sebagai berikut(Mitra, 1993):
1. Tentukan
bagaimana data harus diklasifikasikan menurut pelaksanaan pekerjaan.
2. Tentukan
periode waktu yang diperlukan untuk mempelajari dan buat lembar isian (Check Sheet) yang mencakup periode waktu
dari semua klasifikasi data yang mungkin, kemudian kumpulkan datanya.
3. Untuk
tiap kelompok hitunglah data untuk seluruh periode waktu dan catatlah jumlah
totalnya.
4. Gambarlah
sumbu horizontal dan vertikal pada scarik kertas grafik. Bagilah sumbu
horizontal ke dalam bagian yang sama, satu bagian untuk tiap kelompok. Skala
sumbu vertikal dibuat sedemikian rupa sehingga titik puncak sumbu vertikal
tersebut menggambarkan suatu jumlah yang sama dengan jumlah total dari semua
kelompok.
5. Gambar
data ke dalam bentuk kolom. Mulailah dari sisi sebelah kiri dari grafik
tersebut dengan kelompok yang semakin kecil. Bilamana ada kelompok yang disebut
“lain-lain” gamabarkanlah kelompok itu pada bagian yang paling akhir setelah
kelompok yang paling kecil.
6. Gambarlah
garis kumulatif. Mulailah dengan menggambar garis diagonal memotong kolom yang
pertama, dengan dimulai dari dasar pada suduk kiri (titik nol). Dari bagian
atas sudut kanan pada kolom pertama, lanjutkan garis ini ke arah yang baru
dengan menggerakkannya ke arah kanan yang jaraknya sama tinggi kolom kedua,
dari titik tersebut tariklah garis lurus untuk ruas berikutnya, teruskan ke
arah kanan dengan jarak yang sama dengan lebar kolom dan menuju ke atas denga
jarak yang sama dengan tingginya kolom ketiga. Ulangi terus samapai ujung sudut
kanan paling atas dari grafik tercapai. Tingginya garis komulatif pada titik
ini menggambarkan jumlah data yang telah di kumpulkan.
7. Buat
sumbu vertikal yang lain di sebelah kanan grafik dan buat skala dari 0 – 100 %.
Akhir dari garis kumulatif adalah pada titik yang bertuliskan 100%.
8. Tambahkan
keterangan pada diagram pareto tersebut. Jelaskan siapa yang telah mengumpulkan
data tersebut, kapan dan di mana, serta tambahan informasi apa saja yang
oenting untuk mengindentifikasi data.
Diagram
pareto merupakan langkah awal (berdasarkan skala priortas)untuk melakukan
perbaikan atau tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk melaksanakan
perbaikan atau korelasi ini maka 3 hal berikut cukup penting untuk
dipertimbangkan (Wignjosoebroto, 2003):
1. Setiap
orang yang terlibat dalam permasalahan ini harus sepakat untuk bekerjasama
mengatasinya.
2. Tindakan
perbaikan harus benar-benar akan memberikan dampak positif yang kuat yang
akhirnya juga akan menguntungkan semua pihak
3. Tujuan
nyata (dalam hal ini efisiensi dan produktivitas kerja diharapkan akan
meningkat) harus bisa diformulasikan secara konkrit dan jelas
Diagram
pareto dapat diaplikasikan untuk proses perbaikan dalam berbagai macam aspek
permasalahan. Diagram pareto ini seperti halnya diagram sebab akibat tidak saja
efektif digunakan untuk usaha pengendalian kualitas produk, akan tetapi juga
bisa diaplikasikan untuk (Wignjosoebroto, 2003):
1. Mengatasi
problem pencapaian efisiensi atau produktivitas kerja yang lebih tinggi lagi.
2. Problem-problem
keselamatan kerja
3. Penghematan
atau pengendalian materials, energi dan lain-lain.
4. Perbaikan
system dan prosedur kerja.
2.5. Diagram Sebab Akibat
Diagram
sebab akibat merupakan salah satu alat dalam statistical process control.
Penjelasan lebih lanjut untuk diagram sebab akibat adalah sebagai berikut.
2.5.1
Sejarah Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat diperkenalkan pertama
kali oleh Kouro Ishikawa (Tokyo University) pada tahun 1943. Diagram ini
disebut juga grafik tulang ikan, yaitu diagram yang menunjukkan sebab akibat
yang berguna untuk mencari atau menganalisa penyebab timbulnya masalah sehingga
memudahkan cara mengatasinya. Kegunaan dari diagram sebab-akibat antara lain,
yaitu (Montgomery, 1991):
1. Untuk
mengenal penyebab yang penting.
2. Untuk
memahami semua akibat dan penyebab.
3. Untuk
memperbandingkan prosedur kerja.
4. Untuk
menemukan pemecahan yang tepat.
5. Untuk
memecahkan hal apa yang harus dilakukan.
6. Lebih
efisien dalam menganalisa kondisi aktual untuk perbaikan kualitas produk atau
jasa, juga dapat mengurangi biaya.
7. Dapat
membuat standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.
8. Pembelajaran
pada pihak terkait untuk membuat keputusan dan tindakan perbaikan pada
ketidaksesuaian tersebut.
9. Dapat
mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk
atau jasa dan keluhan dari pelanggan.
2.5.2 Langkah-Langkah Membuat Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat ini sangat bermanfaat
untuk mencari faktor-faktor penyebab sedetail-detailnya dan mencari hubungannya
dengan penyimpangan kualitas kerja yang ditimbulkannya. Langkah-langkah dalam
membuat diagram sebab-akibat dapat diuraikan sebagai berikut (Besterfield, 2009):
1. Tetapkan
karakteritik kualitas yang akan dianalisis. Karakteristik kualitas adalah
kondisi yang ingin diperbaiki dan dikendalikan. Usahakan adanya tolak ukur yang
jelas dari permasalahan tersebut sehingga perbandingan sebelum dan sesudah
perbaikan akan dapat dilakukan. Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu
tanda panah pada ujung sebelah kanan dan kotak di depannya. Akibat atau masalah
yang ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak.
2. Tulislah
penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metode) dalam kotak yang ditempatkan
sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan
garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Kadang mungkin diperlukan
untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.
3. Tulislah
penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab
kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungan penyebab
kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan.
4. Check apakah
semua items yang berkaitan dengan karakteristik kualitas output benar-benar sudah kita cantumkan dalam diagram?
5. Carilah
faktor-faktor penyebab yang paling dominan! Dari diagram yang sudah lengkap,
dibuat pada langkah tiga dicari faktor-faktor penyebab yang dominan secara
berurutan dengan menggunakan diagram pareto. Apabila kesulitan didalam
menetapkan urutan ini, maka pilihlah faktor-faktor penyebab yang dominan tadi
dengan jalan voting atau pemilihan suara terbanyak, selanjutnya tuliskan
urutan-urutan tersebut dalam diagram yang ada!
Diagram sebab-akibat sendiri
adalah suatu diagram yang menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukan
hubungan antara penyebab dan akibat suatu masalah, untuk selanjutnya diambil
tindakan perbaikan atas masalah tersebut. Diagram sebab-akibat ini sering
disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone
diagram) karena bentuknya seperti tulang ikan (Besterfield, 2009).
Gambar 2.16 Struktur Diagram
Sebab-Akibat
5.5.3 Lima Faktor Penyebab Kecacatan
Untuk mancari faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada
lima faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu
(Wignjosoebroto, 2003):
1. Manusia
2. Metode
kerja
3. Mesin
atau peralatan kerja
4. Bahan-bahan
baku
5. Lingkungan
kerja
Hubungan
penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab tersebut dapat digambarkan
diagram berikut (Wignjosoebroto, 2003):
Gambar 2.17 Diagram Sebab-Akibat
2.6. Diagram Pencar
Diagram
pencar atau disebut juga scatter diagram
merupakan salah satu alat dari statistical process cintrol. Penjelasan
mengenai diagram pencar adalah sebagai berikut ini.
2.6.1
Pengertian Diagram Pencar
Scatter
Diagram merupakan cara paling sederhana untuk menentukan
hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel. Langkah-langkah yang
diambil pun sederhana. Data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x,y). Dari
titik tersebut dapat diketahui antara variabel x dan variabel y, apakah terjadi
hubungan positif atau negative. Pada
dasarnya diagram tebar (Scatter Diagram)
merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk (Besterfield, 2009):
1. Menguji
bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel, misalnya: kecepatan mesin bubut
dan dimensi bagian dari mesin, banyaknya kunjungan tenaga penjual (salesman) dan hasil penjualan,
temperatur dan hasil proses kimia, downtime
mesin dan banyaknya produk yang ditolak (cacat), konsumsi makanan dan
pertambahan bobot badan, biaya pengeluaran iklan dan penjualan, pengalaman
kerja dan performa si karyawan, dan lain-lain.
2. Menentukan
jenis penjualan dari dua variabel itu,apakah positif, negatif, atau tidak ada
hubungan.
2.6.2 Pembuatan Diagram Pencar
Pembuatan
diagram tebar memiliki tiga langkah. Berikut merupakan angkah-langkah pembuat
diagram tebar antara lain, yaitu (Besterfield,
2009):
1. Kumpulkan
sampel data yang hubungannya akan diteliti. Masukan data ini dalam suatu lembar
data.
2. Gambarkan
dua sumbu secara vertikal (sumbu y) dan horizontal (sumbu x) ini sebaiknya sama
panjangnya agar diagram mudah dibaca. Apabila hubungan antara dua macam data
ini merupkan hubungan sebab-akibat maka sumbu vertikal biasanya menunjukan
nilai kuantitatif dari akibat, sedangkan sumbu horizontal akan menunjukan nilai
kuantitatif dari sebab.
3. Plot
data yang ada dalam grafik. Titk-titik data in diperoleh dengan memotongkan
nilai kuantitatif yang ada dari kedua sumbu vertical dan horizontal. Apabila
nilai data ternyata berulang dan jatuh pada titik yang sama maka lingkari titik
tersebut sesuai dengan frekuensi pengulangannya.
Gambar 2.18 Contoh Diagram Tebar
2.6.3
Petunjuk Membaca Diagram Pencar
Dari
penyebaran titik-titik scatter bisa
dianalisis hubungan. Faktor sebab akibat yang ada. Pada umumnya penyebaran data
ini akan cenderung mengikuti lima model berikut ini (Wignjosoebroto, 2003):
1. Korelasi
positif
Harga y akan naik apabila x naik
pula. Apabila x dikendalikan maka y juga akan dikendalikan.
Gambar 2.19 Scatter Diagram Korelasi Positif
2. Ada
gejala korelasi positif
Bila x naik maka y cenderung naik,
tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor selain x.
Gambar
2.20 Scatter Diagram Ada Gejala
Korelasi Positif
3. Tidak
terlihat adanya korelasi
Gambar
2.21 Scatter Diagram Tidak Ada Korelasi
4. Ada
gejala korelasi negative
Naiknya x akan menyebabkan
kecenderungan menurunnya y.
Gambar 2.22 Scatter
Diagram Ada Gejala Korelasi Negatif
5. Korelasi
negative
Naiknya x akan menyebabkan
menurunnya y, sehingga kalau x bisa dikontrol maka y juga akan terkontrol.
Gambar
2.23 Scatter Diagram Korelasi Negatif
2.7. Histogram
Dalam histogram, nilai dari
peubah berkesinambungan digambarkan pada sumbu horizontal yang dibagi dalam
kelas atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada satu kolom untuk tiap
kelas dan tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya nilai data dalam
jarak yang digambarkan oleh kelas.
2.7.1
Pengertian Histogram
Histogram adalah bentuk dari grafik kolom yang
memperlihatkan distribusi yang diperoleh bilamana data dalam bentuk angka telah
terkumpul. Meskipun suatu histogram dibuat bedasarkan contoh data, namun
tujuannya adalah untuk memberikan saran mengenai kemungkinan distribusi
keseluruhan data (populasi) yang contoh datanya diambil. Histogram ini dipakai
untuk menentukan masalah dengan melihat bentuk sifat dispersi dan nilai
rata-rata diperoleh. Beberapa catatan
terkait histogram, yakni (Besterfield, 1991):
1. Merupakan
penyajian data frekuensi yang diubah menjadi diagram batang
2. Histogram
menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi
terbesar sampai dengan yang terkecil.
3. Histogram
juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinka histogram
dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal,
misalnya rata-rata.
4. Dalam
histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas.
5. Untuk
menggambarkan histogram dipakai sumbu mendatar yang menyatakan batas-batas
kelas interval dan sumbu tegak yang menyatakan fekuensi absolute atau frekuensi
relatif.
Histogram
merupakan suatu potret dari proses yang menunjukan: distribusi dari pengukuran
dan frekuensi dari setiap pengukuran itu. Dengan demikian histogram dapat
dipergunakan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan informasi tentang
variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat keputusan-keputusan
yang berfokus pada usaha perbaikan yang dilakukan secara kontinu atau
terus-menerus (Montgomery, 1991).
Untuk
memudahkan analisis, kelompokan terlebih dahulu data yang sekelas, biasanya
dilihat secara kelompok dan kelompok-kelompok dari data tersebut akan
bertebaran mulai dari kelas rendah sampai yang tinggi, namun apabila data yang
ada bersifat kualitatif, pengelompokannya dapat dilakukan secara bebas seperti
terlihat pada contoh histogram sederhana di bawah ini (Montgomery, 1991):
Gambar
2.24 Contoh Histogram
2.7.2
Langkah-Langkah Membuat Histogram
Histogram menjelaskan variasi proses, namun
belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan variasi
terkecil. Histogram juga menunjukan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan,
histogram dapat menunjukan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka
nominal, misalnya rata-rata. Dalam histogram garis vertikal menunjukan
banyaknya observasi tiap-tia kelas. Berikut langkah-langkah penyusunan
histogram adalah (Mitra, 1993):
1. Menentukan
batas-batas observasi misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan nilai
terkecil.
2. Memilih
kels-kelas atau sel-sel. Biasanya dalam menentukan banyaknya kelas, apabila n
menunjukan banyaknya data, maka banyaknya kelas ditunjukan dengan akar n.
(2.1)
3. Menentukan
lebar kelas-kelas tersebut biasanya semua kelas mempunyai lebar yang sama.
Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyak kelas.
.............. (2.2)
4. Menentukan
batas-batas kelas tentukan banyaknya observai pada masing-masing kelas dan
yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpng tindih.
........... (2.3)
5. Tentukan
batas kelas (batas bawah dan atas) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
....(2.4)
6. Mengganbar
frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya
Agar
Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produksi, perlu
dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dulu, dimulai dari pengumpulan
data, tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang dianggap dapat memenuhi
populasi yang akan diamati. Pengolahan data pada Histogram menjadi sangat
penting, terutama dalam menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data
yang akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta (Montgomery, 1991).
2.8. Peta Kontrol
Peta
kontrol adalah sebuah alat grafik dari statistical
process control yang digunakan
untuk perbaikan kualitas. Penjelasan dari peta kontrol adalah sebagai berikut.
2.8.1
Pengertian Peta Kontrol
Peta kendali merupakan sebuah alat grafik yang
digunakan untuk melakukan pengawasan dari sebuah proses yang sedang berjalan.
Nilai dari karakteristik kualitas diplot sepanjang garis vertikal, dan garis
horizontal mewakili sampel atau subgrup (berdasarkan waktu) di mana
karakteristik dari kualitas ditemukan. Peta
kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanyapenyimpangan dengan cara
menetapkan batas-batas kendali(Montgomery, 1991):
1. Upper
control limit/batas kendali atas (UCL) Merupakan garis batas
atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan.
2. Central
line/garis pusat atau tengah (CL) Merupakan garis yang
melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.
3. Lower
control limit/batas kendali bawah (LCL) Merupakan garis
batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.
Gambar
2.20 Peta Kontrol
2.8.3 Langkah-Langkah
Membuat Peta Kontrol
Pembuatan peta control tidaklah
mudah, dibutuhkan beberapa langkah untuk membuat peta control. Langkah-langkah
membuat peta kontrol untuk rata-rata (-chart) dan
langkah-langkah membuat peta untuk rentang (R-chart) yakni(febriani.staffsite.gunadarma.ac.id):
1. Tentukan ukuran contoh/subgrup (n=4,5,6,...). Untuk keperluan
praktek biasanya ditentukan limat unit pengukuran dari setiap contoh (n=5).
2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k)
sedikitnya 20 subgrup atau paling sedikit 60-100 titik data individu.
3. Hitung nilai rata-rata dari setiap
subgrup,yaitu .
4. Hitung nilai rata-rata dari seluruh , yaitu X-double bar yang
merupakan garis tengah (center line)
dari peta kendali .
5. Hitung nilai selisih data terbesar
dengan data terkecil dari setiap subgrup, yaitu Range (R).
6. Hitung nilai rata-rata dari seluruh R,
yaitu R-bar yang
merupakan garis tengah (center line)
dari peta kendali R.
7. Hitung batas kendali dari peta kendali :
UCL = + (A2*..............(2.5)
LCL =-(A2*. ..............(2.6)
8. Hitung batas kendali untuk peta kendali
R :
UCL = D4*..................(2.7)
LCL = D3*..................(2.8)
9. Plot data dan R pada peta kendali dan R serta amati apakah data tersebut berada
dalam pengendalian atau tidak berada dalam pengendalian.
10. Menghitung indeks kapabilitas proses (Cp) :
................(2.9)
Kriteria penilaian :
a. Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas
proses sangat baik.
b. Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 , maka kapabilitas
proses baik, namun perlu pengendalian ketat
apabila Cp menedekati 1,00.
c. Jika Cp < 1,00 , maka kapabilitas
proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan
perfomansinya melalui perbaikan proses itu.
Perhitungan indeks Cpk :
Cpk = Minimum {CPL, CPU}
.... ..(2.10)
Kriteria penilaian :
a.
Jika CPL > 1,33, berarti proses akan mampu
memenuhi LSL.
b.
Jika 1,00 < CPL < 1,33, berarti proses masih mampu memenuhi LSL namun
perlu pengendalian ketat apabila CPL mendekati 1,00.
c.
Jika CPL < 1,00, berarti proses tidak
mampu memenuhi LSL.
d.
Jika CPU > 1,33, berarti proses akan mampu
memenuhi USL.
e.
Jika 1,00 < CPU < 1,33, berarti proses masih mampu memenuhi USL namun
perlu pengendalian jika CPU mendekati 1,00.
f.
Jika CPL < 1,00, berarti proses tidak
mampu memenuhi USL.