Kamis, 16 Oktober 2014

Pengendalian Kualitas

PENGENDALIAN KUALITAS
2.1.  Statistical Process Control (SPC)
      Statistical Process Control (SPC)adalah kumpulan dari tools (seven tools) yang digunakan untuk pemecahan masalah sehingga tercapai kestabilan proses dan peningkatan kapabilitas dengan pengurangan variasi(Montgomery, 1991).

2.1.1 Sejarah Statistical Process Control (SPC)
Terminologi SPC digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik statistik dalam memantau dan meningkatkan performa proses produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an digunakan terminology Pengendalian Kualitas Statistikal (statistical Quality Control) yang memiliki pengertian sama dengan SPC. Pengendalian proses statistical merupakan suatu metodelogi pengumpulan data dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interpretasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas dari otput guna memenuhi kebutuhan dan harga pelanggan. SPC memiliki tujuan utama antara lain (Montgomery, 1991):
1.    Meminimasi biaya produksi
2.    Memperoleh kekonsistenan terhadap produk dan servis yang memenuhi spesifikasi produksi dan keinginan konsumen
3.    Menciptakan peluang-peluang untuk semua anggota dari organisasi untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas.
4.    Membanu karyawan managemen dan produksi untuk membuat keputusan yang ekonomis mengenai tindakan yang akan diambil yang dapat ,mempengaruhi proses.

2.1.2 Definisi dan Jenis-Jenis Data Dalam SPC
      Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Dengan adanya data, kita dapat mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu situasi dan dari sana dapat diambil suatu keputusan yang tepat berdasarkan pada data tersebut. dalam konteks SPC, dikenal dua jenis data seperti berikut (Gaspersz, 1998):
1.    Data Variabel (Variables Data)
 Data variabel adalah jenis data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisa. Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai alat ukur untuk menentukan berbagai dimensi seperti panjang, volume, berat, frekuensi, dan lain-lain.
2.  Data Atribut
Data atribut adalah jenis data kualitatif yang dapat dihitung untuk dicatat atau untuk analisa. Data atribut biasanya didapat dalam bentuk unit-unit yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

2.1.3 Tools Dalam SPC
      Dalam pengendalian proses statistical, metode yang dapat dipakai untuk meningkatkan kualitas produksi adalah gabungan dari berbagai alat yang digunakan secara menyeluruh untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pada SPC, alat-alat tersebut biasanya disebut dengan Magnificent Seven karena alat-alat tersebut berjumlah tujuh alat. Magnificent Seven tersebut antara lain (Montgomery, 1991):
1.  Lembar Periksa (Checksheet)
Checksheet adalah alat bantu untuk memudahkan pengumpulan data. Biasanya berbentuk formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut, agar data dapat dikumpulkan secara ringkas dan cepat. Alat ini dapat digunakan untuk data variabel dan atribut meskipun umumnya banyak digunakan untuk data atribut. Tujuan dibuatnya lembar periksa adalah sebagai berikut:
a.  Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah sering terjadi.
b.  Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam kategori yang mempunyai kesamaan.
c.  Menyusus data secara otomatis, sehingga data tersebut dapat dipergunakan secara mudah.
d.  Memisahkan antara opini dan fakta, seringkali kita mempunyai opini bahwa suatu penyebab tidak penting dibandingkan sebab lainnya. Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu membuktikan apakah opini itu benar atau salah.
2.    Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukan masalah berdasarkan banyaknya kejadian akibat masalah tersebut. masalha dengan jumlah yang terbanyak diletakan pada batang pertama paling kiri, dan seterusnya berurutan sampai pada masalah yang paling sedikit terjadi diletakan paling kanan. Pada dasarnya diagram pareto digunakan sebagai alat untuk:
a.  Menentukan frekuensi relative dan urutan pentingnya masalah atau penyebab masalah-masalah yang ada
b.  Memfokuskan perhatian pada isu-isu yang kritis dan penting sehingga dapat dibuat suatu prioritas dalam penyelesaian masalah.
3.    Diagram sebab akibat
Diagram ini dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa tahun 1943, diagram ini disebut juga diagram fishbone karena bentuk dari diagram ini memang menyerupai tulang ikan. Setelah suatu masalah diidentifikasi, harus dicari sumber penyebab yang potensial. Dalam hal ini diagram sebab akibat dapat membantu mengidentifikasi penyebab potensial baik yang kelihatan secara langsung maupun tidak langsung.
4.    Diagram batang (Histogram)
Histogram merupakan diagram berupa grafik balok yang merupakan gambaran dan proses yang menunjukan distribusi dari pengukuran dan frekuensi dari setiap pengukuran tersebut. Histogram dapat memperkirakan kemampuan proses dan jika diinginkan dapat menganalisa hubungan dengan nilai spesifikasi serta nilai target nominal.
5.    Diagram tebar
Diagram tebar merupakan cara termudah untuk mencari ada tidaknya hubungan antara uda variabel. selain itu, dengan diagram tebar kita dapat mengetahui jenis hubungan yang ada apakah positif, negative, atau tidak ada hubungan antara variabel.
6.  Diagram alir
Diagram alir didefinisikan sebagai suatu metode grafis yang menggambarkan proses yang telah ada, ataupun usulan proses dengan menggunakan symbol yang sederhana, garis, dan kata-kata untuk menunjukan aktivitas serta urutan dalam suatu proses. Diagram alir dapat digunakan untuk:
a.  Memberikan persepsi yang sama kepada semua yang bersangkutan
b.  Membantu semua yang bersangkutan agar memahami proses dengan lebih baik dan jelas
c.  Membantu untuk mengidentifikasikan area kritis atau bermasalah serta perbaikan yang dapat dilakukan
7.  Peta kendali
Peta kendali merupakan alat utama dari magnificent seven. Peta peryama kali dikemukakan oleh Dr. Walter A. Shewart dari bell telephone laboratories pada tahun 1920. Karena itulah, peta kendali sering disebut sebagai peta kendali shewart. Peta kontrol terbagi menjadi dua yaitu peta kontrol  untuk data variabel dan peta kontrol untuk data atribut.

2.2. Flowchart
     Flowchat merupakan diagram yang menunjukkan aliran atau urutan suatu peristiwa. Berikut penjelasan lebih jelasnya untuk adalah sebagai berikut.

2.2.1 Definisi Flowchart
      Flowchart didefinisikan sebagai suatu metode grafis yang menggambarkan proses yang telah ada, ataupun usulan proses dengan menggunakan symbol yang sederhana, garis, dan kata-kata untuk menunjukan aktivitas serta urutan dalam suatu proses. Diagram alir dapat digunakan untuk (Montgomery 1991):
1.    Memberikan persepsi yang sama kepada semua yang bersangkutan.
2.    Membantu semua yang bersangkutan agar memahami proses dengan lebih baik dan jelas.
3.    Membantu untuk mengidentifikasikan area kritis atau bermasalah serta perbaikan yang dapat dilakukan.

2.2.2 Pedoman Dalam Membuat Flowchart
Bila seorang analis dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti (Widada.staff.gunadarma.ac.id):
1.    Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
2.    Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.
3.    Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
4.    Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja, misalkan menghitung pajak  penjualan.
5.    Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
6.    Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.
7.  Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.

2.2.3 Jenis-Jenis Flowchart
      Flowchart memiliki lima macam jenis flowchart. Berikut merupakan jenis-jenis dan penjelasan dari masing-masing flowchart (www.unhas.ac.id):
1.    Flowchart Sistem
Flowchart Sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain, flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu sistem. Flowchart Sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu. Data dan proses dalam flowchart sistem dapat digambarkan secara online (dihubungkan langsung dengan komputer) atau offline (tidak dihubungkan langsung dengan komputer, misalnya mesin tik, cash register atau kalkulator). Contoh sederhana untuk flowchart sistem dapat dilihat pada gambar berikut ini.
             Gambar 2.1 Flowchart System
2.    Flowchart Paperwork (Flowchart Dokumen)
Flowchart Paperwork menelusuri alur dari data yang ditulis melalui sistem. Flowchart Paperwork sering disebut juga dengan Flowchart Dokumen. Kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik bagaimana alur form dan laporan diproses, dicatat dan disimpan. Gambar 2.2 menggambarkan suatu contoh flowchart mengenai alur pembuatan kartu anggota untuk suatu perpustakaan.
Gambar 2.2 Flowchart Dokumen
Keterangan:
  #  : Masukan data calon anggota ke dalam computer
       (proses pengisian data).
  P  : Tanda tangan dan validasi data.
3.    Flowchart Skematik
Flowchart Skematik mirip dengan Flowchart sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar komputer, peripheral, form-form atau peralatan lain yang digunakan dalam sistem. Flowchart Skematik digunakan sebagai alat komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak familiar dengan simbol-simbol flowchart yang konvensional. Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti flowchart. Gambar-gambar ini mengurangi kemungkinan salah pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh ketidak mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-gambar juga memudahkan pengamat untuk mengerti segala sesuatu yang dimaksudkan oleh analis, sehingga hasilnya lebih menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian. Berikut contoh gambar dari flowchart skematik.
Gambar 2.3 Contoh Flowchart Skematik
4.    Flowchart Program
Flowchart Program dihasilkan dari Flowchart Sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap langkah program atau prosedur dalam urutan yang tepat saat terjadi. Programmer menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan instruksi dari program komputer. Analis Sistem menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur atau operasi. Suatu contoh flowchart program dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.4 Flowchart Program
5.    Flowchart Proses
Flowchart Proses merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem. Flowchart Proses memiliki lima simbol khusus. Berikut simbol-simbol flowchart seperti pada gambar dibawah ini.
       Gambar 2.5 Flowchart Proses
2.2.4 Tipe-tipe Flowchart yang Harus Digunakan
 Terdapat 4 tipe flowchart yang mendasar sebagai patokan dalam menyususn suatu bagan alir (flowchart). Empat tipe flowchart tersebut antar lain (Palani, 1995):
1.    Block Diagram
 Pada umumnya sistem pengendalian praktis terdiri dari banyak komponen dan tahapan. Maka untuk menyederhanakan dalam menganalisa dipakailah blok diagram, dimana tiap-tiap komponen atau tahapan digambarkan oleh sebuah kotak yang mempunyai input dan output, sedangkan didalamnya dituliskan bentuk komponen atau tahapannya. Diagram blok adalah suatu pernyataan gambar yang ringkas, dari gabungan sebab dan akibat antara masukkan dan keluaran dari suatu system.




Gambar 2.6 Block Diagram
Blok/Kotak adalah, biasanya berisikan uraian dan nama elemennya, atau simbol untuk operasi yang harus dilakukan pada masukkan untuk menghasilkan keluaran. Tanda anak panah menyatakan arah informasi aliran isyarat atau unilateral.
2.    The American National Standards Institute (ANSI)
American National Standards Institute (ANSI) adalah suatu organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang pengawasan pengembangan consensus sukarela untuk produk, jasa, proses, sistem, dan personil di Amerika Serikat. Organisasi ini juga berkoordinasi standar AS dengan standar internasional, sehingga produk amerika dapat digunakan diseluruh dunia. Terdapat beberapa simbol untuk bagan alir yang dikeluarkan oleh ANSI. Berikut adalah contoh dari symbol yang dikeluarkan oleh ANSI.
Gambar 2.7 Bagan Alir ANSI
3.    Cross-Functional Flowchart
Cross-Functional Flowchart digunakan untuk menggambarkan hubungan antara area organisasi dalam suatu proses bisnis. Berikut adalah contoh dari penerapan cross-functional flowchart:
Gambar 2.8 Cross-Functional Flowchart
Tool ini sangat diperlukan agar jelas gambaran proses dan andil tiap bagian dalam proses, sehingga setiap departemen menyadari awal dan akhir, bahan dan hasil dari pekerjaan yang dilakukan. Tool ini digunakan untuk membagi spesialisasi kerja agar tiap departemen bisa fokus terhadap pekerjaannya dan percaya terhadap bagian kerja departemen lain.
4.    Geographic Flowchart
Geographic flowchart mendokumentasikan aliran fisik pada suatu proses. Aliran yang terjadi ialah perpindahan bahan baku dalam suatu proses. Perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan pada geographic flowchart adalah mengurangi waktu yang terbuang. Flowchart jenis ini berguna untuk:
a.  Mengetahui perpindahan dokumen antar departemen
b.  Mengevaluasi tata letak area kerja, seperti area penyimpanan, area produksi, dan lain-lain
c.  Mengidentifikasi delay yang terjadi pada proses
Description: http://farm3.static.flickr.com/2068/2053696359_42c6fad36b_o.jpg
Gambar 2.9 Geographic Flowchart

2.3. Lembar Periksa (Checksheet)
      Lembar periksa biasa digunakan untuk mempermudah pengumpulan data. Berikut penjelasan tentang lembar periksa.

2.3.1 Pengertian Lembar Periksa (Checkheet)
 Checksheet adalah alat bantu untuk memudahkan pengumpulan data. Biasanya berbentuk formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut, agar data dapat dikumpulkan secara ringkas dan cepat. Alat ini dapat digunakan untuk data variabel dan atribut meskipun umumnya banyak digunakan untuk data atribut. Tujuan dibuatnya lembar periksa adalah sebagai berikut (Montgomery 1991):
1.    Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah sering terjadi.
2.    Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam kategori yang mempunyai kesamaan.
3.    Menyusus data secara otomatis, sehingga data tersebut dapat dipergunakan secara mudah.
4.    Memisahkan antara opini dan fakta, seringkali kita mempunyai opini bahwa suatu penyebab tidak penting dibandingkan sebab lainnya. Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu membuktikan apakah opini itu benar atau salah.
Untuk mempermudah proses pengumpulan data ini maka perlu dibuat suatu lembar periksa, dimana perlu pula diperhatikan hal-hal seperti berikut (Wignjosoebroto, 2003):
1.    Maksud pembuatan harus jelas
a.  Informasi apa yang ingin diketahui?
b.  Apakah data yang nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan?
2.    Stratifikasi harus sebaik mungkin
a.  Mudah dipahami dan diisi
b.  Memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin diketahui.
3.    Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera dianalisa. Kalau perlu disini dicantumkan gambar dari produk yang akan dicheck.


2.3.2 Jenis-Jenis Lembar Periksa
 Ada beberapa jenis lembar isisian yang dikenal dan umum dipergunakan untuk keperluan pengupulan data, yaitu antara lain (Wignjosoebroto, 2003):
1.    Production Process Distribution Check Sheet
Lembar isisan jenis ini dipergunakan untuk mengumulkan data yang berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukan dalam lembar kerja, sehingga akhirnya secara langsung akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi. Seperti halnya dengan histogram maka bentuk distribusi data yang berdasarkan frekuensi kejadiannya yang diamati akan menunjukan karakteristik proses yang terjadi.
Gambar 2.10 Production Process Distribution Check Sheet
2.    Defective check sheet
Defective check sheet untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses kerja, maka terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasi macam kesalahan-kesalahan dalam hal ini bisa diklasifikasikan sebagai hasil kerja yang berkualitas yang ada dan prosentasenya. Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab yang berada sehingga tindakan korktif yang tepat harus diambil sesuai dengan macam kesalahan dan penyebabnya tersebut.
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/_/rsrc/1352615451086/CheckSheet-Pengertian-Manfaat-Tujuan-Struktur-Cara-Membuat-Contoh-Checksheet/CHECK%20SHEET%20KERUSAKAN.jpg
Gambar 2.11 Defective Checksheet
3.    Defect location check sheet
Defect location check sheet adalah sejenis lembar pengecekan dimana gambar sketsa dari benda kerja akan disertakan sehingga lokasi cacat yang terjadi bisa segera diidentifiksikan. Check sheet seperti ini akan mempercepat proses analisis dan pengumpulan tindakan-tindakan korektif yang diperlukan.
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/_/rsrc/1352615451086/CheckSheet-Pengertian-Manfaat-Tujuan-Struktur-Cara-Membuat-Contoh-Checksheet/CHECK%20SHEET%20LOKASI.jpg
Gambar 2.12 Defect Location Checksheet
4.    Defective cause check sheet
Defective cause check sheet dipergunakan untuk menganalisa sebab-sebab terjadinya kesalahan dari suatu output kerja. Data yang berkaitan dengan faktor penyebab maupun faktor akibat (Jenis/macam kesalahan-kesalahan) akan diatur sedemikian rupa sehingga hubungan sebabb akibat akan menjadi jelas. Dengan demikian analisa akan cepat bisa dibuat tindakan korektif segera bisa dilakukan.
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/_/rsrc/1352615451087/CheckSheet-Pengertian-Manfaat-Tujuan-Struktur-Cara-Membuat-Contoh-Checksheet/CHECK%20SHEET%20PENYEBAB.jpg
Gambar 2.13 Defective Cause Checksheet
5.    Check up conformation check sheet
Check up conformation check sheet penggunaannya sedikit berbeda dengan yang lainnya pada umumnya lebih menitik beratkan pada karakteristik kualitas atau cacat-cacat yang terjadi. Sheet disini akan berupa check list yang akan dipergunakan untuk melaksanakan semacam general check up pada akhir proses kerja yang intinya untuk lebih meyakinkan apakah output kerja sudah selesai dikerjakan dengan baik/lengkap atau belum.
Gambar 2.14 Check Up Confirmation Checksheet
6.    Work sampling check sheet
Sampling kerja adalah suatu metode untuk menganalisa waktu kerja. Dengan berasumsi bahwa idle time dengan alasan apapun merupakan non quality working time, maka dengan metode sampling kerja ini kta akan dapat menentukan proporsi penggunaan waktu kerja sehari-harinya.
Gambar 2.15 Work Sampling Checksheet
2.4. Diagram Pareto
      Diagram pareto merupakan salah satu alat dari statistical procces control. Penjelasan mengenai diagram pareto adalah sebagai berikut ini.

2.4.1 Pengertian Diagram Pareto
   Diagram pareto adalah grafik yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan Pada dasarnya diagram pareto digunakan sebagai alat untuk (Montgomery, 1991):
1.    Menentukan frekuensi relative dan urutan pentingnya masalah atau penyebab masalah-masalah yang ada
2.    Memfokuskan perhatian pada isu-isu yang kritis dan penting sehingga dapat dibuat suatu prioritas dalam penyelesaian masalah.

2.4.2 Fungsi Diagram Pareto
Diagram pareto ini merupakan suatu gambaran yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalah yang paling penting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah) diagram pareto juga dapat mengidentifikasikan masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas. Diagram pareto adalah kombinasi dua macam bentuk grafik yaitu grafik kolom dan grafik garis, berguna untuk (Besterfield, 2009):
1.    Menunjukkan pokok masalah.
2.    Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan.
3.    Menunjukkan perbandingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan.
               Description: D:\Pareto.PNG
Gambar 2.12 Diagram Pareto

2.4.3 Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Pareto
  Pembuatan diagram pareto terdapat delapan langkah. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan diagram pareto dapat dijelaskan sebagai berikut(Mitra, 1993):
1.    Tentukan bagaimana data harus diklasifikasikan menurut pelaksanaan pekerjaan.
2.    Tentukan periode waktu yang diperlukan untuk mempelajari dan buat lembar isian (Check Sheet) yang mencakup periode waktu dari semua klasifikasi data yang mungkin, kemudian kumpulkan datanya.
3.    Untuk tiap kelompok hitunglah data untuk seluruh periode waktu dan catatlah jumlah totalnya.
4.    Gambarlah sumbu horizontal dan vertikal pada scarik kertas grafik. Bagilah sumbu horizontal ke dalam bagian yang sama, satu bagian untuk tiap kelompok. Skala sumbu vertikal dibuat sedemikian rupa sehingga titik puncak sumbu vertikal tersebut menggambarkan suatu jumlah yang sama dengan jumlah total dari semua kelompok.
5.    Gambar data ke dalam bentuk kolom. Mulailah dari sisi sebelah kiri dari grafik tersebut dengan kelompok yang semakin kecil. Bilamana ada kelompok yang disebut “lain-lain” gamabarkanlah kelompok itu pada bagian yang paling akhir setelah kelompok yang paling kecil.
6.    Gambarlah garis kumulatif. Mulailah dengan menggambar garis diagonal memotong kolom yang pertama, dengan dimulai dari dasar pada suduk kiri (titik nol). Dari bagian atas sudut kanan pada kolom pertama, lanjutkan garis ini ke arah yang baru dengan menggerakkannya ke arah kanan yang jaraknya sama tinggi kolom kedua, dari titik tersebut tariklah garis lurus untuk ruas berikutnya, teruskan ke arah kanan dengan jarak yang sama dengan lebar kolom dan menuju ke atas denga jarak yang sama dengan tingginya kolom ketiga. Ulangi terus samapai ujung sudut kanan paling atas dari grafik tercapai. Tingginya garis komulatif pada titik ini menggambarkan jumlah data yang telah di kumpulkan.
7.    Buat sumbu vertikal yang lain di sebelah kanan grafik dan buat skala dari 0 – 100 %. Akhir dari garis kumulatif adalah pada titik yang bertuliskan 100%.
8.    Tambahkan keterangan pada diagram pareto tersebut. Jelaskan siapa yang telah mengumpulkan data tersebut, kapan dan di mana, serta tambahan informasi apa saja yang oenting untuk mengindentifikasi data.
Diagram pareto merupakan langkah awal (berdasarkan skala priortas)untuk melakukan perbaikan atau tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk melaksanakan perbaikan atau korelasi ini maka 3 hal berikut cukup penting untuk dipertimbangkan (Wignjosoebroto, 2003):
1.    Setiap orang yang terlibat dalam permasalahan ini harus sepakat untuk bekerjasama mengatasinya.
2.    Tindakan perbaikan harus benar-benar akan memberikan dampak positif yang kuat yang akhirnya juga akan menguntungkan semua pihak
3.    Tujuan nyata (dalam hal ini efisiensi dan produktivitas kerja diharapkan akan meningkat) harus bisa diformulasikan secara konkrit dan jelas
Diagram pareto dapat diaplikasikan untuk proses perbaikan dalam berbagai macam aspek permasalahan. Diagram pareto ini seperti halnya diagram sebab akibat tidak saja efektif digunakan untuk usaha pengendalian kualitas produk, akan tetapi juga bisa diaplikasikan untuk (Wignjosoebroto, 2003):
1.    Mengatasi problem pencapaian efisiensi atau produktivitas kerja yang lebih tinggi lagi.
2.    Problem-problem keselamatan kerja
3.    Penghematan atau pengendalian materials, energi dan lain-lain.
4.    Perbaikan system dan prosedur kerja.
2.5. Diagram Sebab Akibat
     Diagram sebab akibat merupakan salah satu alat dalam statistical process control. Penjelasan lebih lanjut untuk diagram sebab akibat adalah sebagai berikut.

2.5.1 Sejarah Diagram Sebab Akibat
 Diagram sebab akibat diperkenalkan pertama kali oleh Kouro Ishikawa (Tokyo University) pada tahun 1943. Diagram ini disebut juga grafik tulang ikan, yaitu diagram yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa penyebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Kegunaan dari diagram sebab-akibat antara lain, yaitu (Montgomery, 1991):
1.    Untuk mengenal penyebab yang penting.
2.    Untuk memahami semua akibat dan penyebab.
3.    Untuk memperbandingkan prosedur kerja.
4.    Untuk menemukan pemecahan yang tepat.
5.    Untuk memecahkan hal apa yang harus dilakukan.
6.    Lebih efisien dalam menganalisa kondisi aktual untuk perbaikan kualitas produk atau jasa, juga dapat mengurangi biaya.
7.    Dapat membuat standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.
8.    Pembelajaran pada pihak terkait untuk membuat keputusan dan tindakan perbaikan pada ketidaksesuaian tersebut.
9.    Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan dari pelanggan.

2.5.2 Langkah-Langkah Membuat Diagram Sebab Akibat
 Diagram sebab akibat ini sangat bermanfaat untuk mencari faktor-faktor penyebab sedetail-detailnya dan mencari hubungannya dengan penyimpangan kualitas kerja yang ditimbulkannya. Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab-akibat dapat diuraikan sebagai berikut (Besterfield, 2009):
1. Tetapkan karakteritik kualitas yang akan dianalisis. Karakteristik kualitas adalah kondisi yang ingin diperbaiki dan dikendalikan. Usahakan adanya tolak ukur yang jelas dari permasalahan tersebut sehingga perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan akan dapat dilakukan. Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak.
2.    Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metode) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Kadang mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.
3.    Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan.
4.    Check apakah semua items yang berkaitan dengan karakteristik kualitas output benar-benar sudah kita cantumkan dalam diagram?
5.    Carilah faktor-faktor penyebab yang paling dominan! Dari diagram yang sudah lengkap, dibuat pada langkah tiga dicari faktor-faktor penyebab yang dominan secara berurutan dengan menggunakan diagram pareto. Apabila kesulitan didalam menetapkan urutan ini, maka pilihlah faktor-faktor penyebab yang dominan tadi dengan jalan voting atau pemilihan suara terbanyak, selanjutnya tuliskan urutan-urutan tersebut dalam diagram yang ada!
Diagram sebab-akibat sendiri adalah suatu diagram yang menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukan hubungan antara penyebab dan akibat suatu masalah, untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan atas masalah tersebut. Diagram sebab-akibat ini sering disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti tulang ikan (Besterfield, 2009).
 








                                              




Gambar 2.16 Struktur Diagram Sebab-Akibat

5.5.3 Lima Faktor Penyebab Kecacatan
      Untuk mancari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada lima faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu (Wignjosoebroto, 2003):
1.    Manusia
2.    Metode kerja
3.    Mesin atau peralatan kerja
4.    Bahan-bahan baku
5.    Lingkungan kerja
Hubungan penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab tersebut dapat digambarkan diagram berikut (Wignjosoebroto, 2003):
    Gambar 2.17 Diagram Sebab-Akibat

2.6. Diagram Pencar
     Diagram pencar atau disebut juga scatter diagram merupakan salah satu alat dari statistical process cintrol. Penjelasan mengenai diagram pencar adalah sebagai berikut ini.
2.6.1 Pengertian Diagram Pencar
   Scatter Diagram merupakan cara paling sederhana untuk menentukan hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel. Langkah-langkah yang diambil pun sederhana. Data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x,y). Dari titik tersebut dapat diketahui antara variabel x dan variabel y, apakah terjadi hubungan positif atau negative. Pada dasarnya diagram tebar (Scatter Diagram) merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk (Besterfield, 2009):
1.    Menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel, misalnya: kecepatan mesin bubut dan dimensi bagian dari mesin, banyaknya kunjungan tenaga penjual (salesman) dan hasil penjualan, temperatur dan hasil proses kimia, downtime mesin dan banyaknya produk yang ditolak (cacat), konsumsi makanan dan pertambahan bobot badan, biaya pengeluaran iklan dan penjualan, pengalaman kerja dan performa si karyawan, dan lain-lain.
2.    Menentukan jenis penjualan dari dua variabel itu,apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan.

2.6.2 Pembuatan Diagram Pencar
      Pembuatan diagram tebar memiliki tiga langkah. Berikut merupakan angkah-langkah pembuat diagram tebar antara lain, yaitu (Besterfield, 2009):
1.    Kumpulkan sampel data yang hubungannya akan diteliti. Masukan data ini dalam suatu lembar data.
2.    Gambarkan dua sumbu secara vertikal (sumbu y) dan horizontal (sumbu x) ini sebaiknya sama panjangnya agar diagram mudah dibaca. Apabila hubungan antara dua macam data ini merupkan hubungan sebab-akibat maka sumbu vertikal biasanya menunjukan nilai kuantitatif dari akibat, sedangkan sumbu horizontal akan menunjukan nilai kuantitatif dari sebab.
3.    Plot data yang ada dalam grafik. Titk-titik data in diperoleh dengan memotongkan nilai kuantitatif yang ada dari kedua sumbu vertical dan horizontal. Apabila nilai data ternyata berulang dan jatuh pada titik yang sama maka lingkari titik tersebut sesuai dengan frekuensi pengulangannya.
 
Gambar 2.18 Contoh Diagram Tebar

2.6.3 Petunjuk Membaca Diagram Pencar
      Dari penyebaran titik-titik scatter bisa dianalisis hubungan. Faktor sebab akibat yang ada. Pada umumnya penyebaran data ini akan cenderung mengikuti lima model berikut ini (Wignjosoebroto, 2003):
1.    Korelasi positif
Harga y akan naik apabila x naik pula. Apabila x dikendalikan maka y juga akan dikendalikan.
Gambar 2.19 Scatter Diagram Korelasi Positif
2.    Ada gejala korelasi positif
Bila x naik maka y cenderung naik, tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor selain x.
Gambar 2.20 Scatter Diagram Ada Gejala Korelasi Positif
3.    Tidak terlihat adanya korelasi
Gambar 2.21 Scatter Diagram Tidak Ada Korelasi
4.    Ada gejala korelasi negative
Naiknya x akan menyebabkan kecenderungan menurunnya y.
Gambar 2.22 Scatter Diagram Ada Gejala Korelasi Negatif
5.    Korelasi negative
Naiknya x akan menyebabkan menurunnya y, sehingga kalau x bisa dikontrol maka y juga akan terkontrol.
Gambar 2.23 Scatter Diagram Korelasi Negatif

2.7. Histogram
Dalam histogram, nilai dari peubah berkesinambungan digambarkan pada sumbu horizontal yang dibagi dalam kelas atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada satu kolom untuk tiap kelas dan tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya nilai data dalam jarak yang digambarkan oleh kelas.

2.7.1 Pengertian Histogram
      Histogram adalah bentuk dari grafik kolom yang memperlihatkan distribusi yang diperoleh bilamana data dalam bentuk angka telah terkumpul. Meskipun suatu histogram dibuat bedasarkan contoh data, namun tujuannya adalah untuk memberikan saran mengenai kemungkinan distribusi keseluruhan data (populasi) yang contoh datanya diambil. Histogram ini dipakai untuk menentukan masalah dengan melihat bentuk sifat dispersi dan nilai rata-rata diperoleh. Beberapa catatan terkait histogram, yakni (Besterfield, 1991):
1.    Merupakan penyajian data frekuensi yang diubah menjadi diagram batang
2.    Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil.
3.    Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila  memungkinka histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.
4.    Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas.
5.    Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang menyatakan fekuensi absolute atau frekuensi relatif. 
Histogram merupakan suatu potret dari proses yang menunjukan: distribusi dari pengukuran dan frekuensi dari setiap pengukuran itu. Dengan demikian histogram dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha perbaikan yang dilakukan secara kontinu atau terus-menerus (Montgomery, 1991).
Untuk memudahkan analisis, kelompokan terlebih dahulu data yang sekelas, biasanya dilihat secara kelompok dan kelompok-kelompok dari data tersebut akan bertebaran mulai dari kelas rendah sampai yang tinggi, namun apabila data yang ada bersifat kualitatif, pengelompokannya dapat dilakukan secara bebas seperti terlihat pada contoh histogram sederhana di bawah ini (Montgomery, 1991):
Gambar 2.24 Contoh Histogram

2.7.2 Langkah-Langkah Membuat Histogram   
  Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan variasi terkecil. Histogram juga menunjukan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata. Dalam histogram garis vertikal menunjukan banyaknya observasi tiap-tia kelas. Berikut langkah-langkah penyusunan histogram adalah (Mitra, 1993):
1.    Menentukan batas-batas observasi misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan nilai terkecil.
2.    Memilih kels-kelas atau sel-sel. Biasanya dalam menentukan banyaknya kelas, apabila n menunjukan banyaknya data, maka banyaknya kelas ditunjukan dengan akar n.
   Text Box: R = Xmaks – Xmin   (2.1)
3.    Menentukan lebar kelas-kelas tersebut biasanya semua kelas mempunyai lebar yang sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyak kelas.
                                      Text Box: L = R / K

.............. (2.2)
4.    Menentukan batas-batas kelas tentukan banyaknya observai pada masing-masing kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpng tindih.
              Text Box: K = 1 + 3,3 log n........... (2.3)
5.    Tentukan batas kelas (batas bawah dan atas) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Text Box: Batas Bawah = Tepi Bawah – 0,5
Batas Atas = Tepi Atas + 0,5



 ....(2.4)
6.    Mengganbar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya
     Agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produksi, perlu dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dulu, dimulai dari pengumpulan data, tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang dianggap dapat memenuhi populasi yang akan diamati. Pengolahan data pada Histogram menjadi sangat penting, terutama dalam menentukan besaran nilai tengah  (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta (Montgomery, 1991).

2.8. Peta Kontrol
     Peta kontrol adalah sebuah alat grafik dari statistical process control yang digunakan untuk perbaikan kualitas. Penjelasan dari peta kontrol adalah sebagai berikut.

2.8.1 Pengertian Peta Kontrol
 Peta kendali merupakan sebuah alat grafik yang digunakan untuk melakukan pengawasan dari sebuah proses yang sedang berjalan. Nilai dari karakteristik kualitas diplot sepanjang garis vertikal, dan garis horizontal mewakili sampel atau subgrup (berdasarkan waktu) di mana karakteristik dari kualitas ditemukan. Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanyapenyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali(Montgomery, 1991):
1.    Upper control limit/batas kendali atas (UCL) Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan.
2.    Central line/garis pusat atau tengah (CL) Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.
3.    Lower control limit/batas kendali bawah (LCL) Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.
Gambar 2.20 Peta Kontrol

2.8.3 Langkah-Langkah Membuat Peta Kontrol
      Pembuatan peta control tidaklah mudah, dibutuhkan beberapa langkah untuk membuat peta control. Langkah-langkah membuat peta kontrol untuk rata-rata (-chart) dan langkah-langkah membuat peta untuk rentang (R-chart) yakni(febriani.staffsite.gunadarma.ac.id):
1.    Tentukan ukuran contoh/subgrup (n=4,5,6,...). Untuk keperluan praktek biasanya ditentukan limat unit pengukuran dari setiap contoh (n=5).
2.    Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20 subgrup atau paling sedikit 60-100 titik data individu.
3.    Hitung nilai rata-rata dari setiap subgrup,yaitu .
4.    Hitung nilai rata-rata dari seluruh , yaitu X-double bar yang merupakan garis tengah (center line) dari peta kendali .
5.    Hitung nilai selisih data terbesar dengan data terkecil dari setiap subgrup, yaitu Range (R).
6.    Hitung nilai rata-rata dari seluruh R, yaitu R-bar yang merupakan garis tengah (center line) dari peta kendali R.
7.    Hitung batas kendali dari peta kendali  :
                
                UCL =  + (A2*..............(2.5)

                LCL =-(A2*. ..............(2.6)
8.    Hitung batas kendali untuk peta kendali R :
                   UCL = D4*..................(2.7)

                   LCL = D3*..................(2.8)  
9.    Plot data  dan R pada peta kendali  dan R serta amati apakah data tersebut berada dalam pengendalian atau tidak berada dalam pengendalian.
10.  Menghitung indeks kapabilitas proses (Cp) :
                  ................(2.9)
Kriteria penilaian :
a.  Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas proses sangat baik.
b.  Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33 , maka kapabilitas proses baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp menedekati 1,00.
c.  Jika Cp < 1,00 , maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan perfomansinya melalui perbaikan proses itu.
Perhitungan indeks Cpk :
Cpk = Minimum {CPL, CPU}
             .... ..(2.10)

Kriteria penilaian :
a.      Jika CPL > 1,33, berarti proses akan mampu memenuhi LSL.
b.      Jika 1,00 < CPL < 1,33, berarti proses masih mampu memenuhi LSL namun perlu pengendalian ketat apabila CPL mendekati 1,00.
c.      Jika CPL < 1,00, berarti proses tidak mampu memenuhi LSL.
d.      Jika CPU > 1,33, berarti proses akan mampu memenuhi USL.
e.      Jika 1,00 < CPU < 1,33, berarti proses masih mampu memenuhi USL namun perlu pengendalian jika CPU mendekati 1,00.
f.      Jika CPL < 1,00, berarti proses tidak mampu memenuhi USL.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar