Pelajaran
mengenai HIV/AIDS Masuk Kurikulum di Papua
HIV/AIDS masuk dalam kurikulum sekolah
di Papua mulai tahun ini. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional menilai ini
penting untuk menekan laju penyebaran HIV/AIDS yang tinggi di Papua.
Anak-anak
sekolah dasar di desa Taroi, Bintuni Bay, Papua (foto: dok). HIV/AIDS mulai
diajarkan dari SD hingga SMA.
Penyebaran HIV/AIDS di Papua saat ini
sudah mencapai tahap epidemi, karena tidak lagi hanya menyebar di kalangan
resiko tinggi, tetapi juga sudah menyebar ke kelompok-kelompok lain seperti ibu
rumah tangga dan juga anak-anak muda di Papua. Demikian menurut Deputi
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Bidang Program, Fonny J.
Silfanus, yang menanggapi dengan positif dimasukannya HIV/AIDS dalam kurikulum
sekolah di Papua. Menurutnya, ini sangat penting untuk menekan laju penyebaran
HIV/AIDS di wilayah tersebut.
Dinas Pendidikan Provinsi Papua
memasukan HIV AIDS dalam kurikulum sekolah untuk tingkat sekolah dasar hingga
Sekolah Menengah Atas (SMA). Fonny J. Silfanus mengatakan, "Dibanding
provinsi lain tingkat epidemi di Papua bisa disebut generalized epidemic,
karena sudah di atas 2,4 persen, sedangkan di provinsi-provinsi di luar Papua
masih di bawah satu persen. Jadi masih rendah. Remaja juga harus diberikan
pengetahuan, pengetahuan tentang HIV/AIDS, karena kita harus mencegah jangan sampai
jatuh ke perilaku beresiko." Sebagian besar kasus penularan HIV/AIDS di
Papua terjadi melalui hubungan seksual. Fonny J. Silafanus menambahkan pihaknya
saat ini terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas di Papua tentang
bahaya penyakit HIV/AIDS ini. Selain itu, Komisi Penanggulangan AIDS juga
melakukan sosialisasi tentang penggunaan kondom di wilayah tersebut, karena
saat ini penggunaan kondom di Papua masih sangat rendah. "Penanganan
HIV/AIDS di provinsi lain masih diprioritaskan kepada kelompok yang kita tahu
rawan beresiko. Tetapi, di Papua penanganannya harus ditingkatkan ke seluruh
masyarakat umum, jadi sosialisasi ke masyarakat umum lebih ditingkatkan,"
imbau Fonny J. Silafanus. Kerjasama dengan sektor agama dan penggunaan kondom masih
rendah sekali, menurut Silafanus, yaitu masih sekitar 30 persen. Tujuh puluh
persen sisanya, tambahnya, tidak memakai kondom secara konsisten, sehingga
penularan terus terjadi. Komisioner Komnas Perempuan Sylvana Maria Apituley
mendesak pemerintah agar serius menangani permasalahan HIV/AIDS di Papua yang
sudah sangat tinggi. Ia mengatakan, "Perempuan muda, ibu-ibu menjadi ODHA
(orang yang hidup dengan AIDS) dan sangat rentan menjad ODHA dan tingkat
penyebaran di Papua adalah 16 kali lipat tingkat penyebaran nasional. Jadi,
kondisi ini sudah sangat serius." Data dari Kementerian Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa dari 33 provinsi di Indonesia, baru provinsi Papua
yang telah mengembangkan kurikulum HIV/AIDS.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar